Jumat, Januari 27, 2012

APA DAN MENGAPA MAULID

Segala puji bagi Allah yang telah mengutus Rasul-Nya sebgai rahmat untuk sekalian alam. Shalawat dan salam terhaturkan atas Baginda Nabi Muhammad SAW keluarga dan sahabat-sahabatnya serta para pengikutnya sampai hari kiamat nanti.

Maulid atau kelahiran Rasulullah SAW adalah anugrah rahmat Allah SWT bagi sejarah manusia. Al-Qur’an sendiri mengungkapkannya dengan ungkapan rahmat bagi alam semesta. Rahmat ini tentunya tidak terbatas mencakup membimbing manusia, membersihkan, mengajarkan, dan memberikan mereka petunjuk menuju jalan yang lurus di dunia menuju akhirat baik ketika zaman tersebut sampai dengan hari kiamat.

Peringatan maulid merupkan ungkapan kegembiraan dan cinta terhadap Rasulullah SAW, dimana cinta ini adalah salah satu pokok dari pokoknya iman. Rasulullah SAW bersabda:

لا يؤمن احدكم حتى اكون احب اليه من ولده ووالده والناس

اجمعين

هArtinya : Bahwasanya Rasulullah SAW telah bersabda : Tiada beriman salah seorang dari kalian sampai aku menjadi orang yang paling dia cintai lebih dari anaknya dan bapaknya dan sekalian manusia.(HR.Bukhori juz1 hal.14).

Peringatan ini juga merupakan wujud dari memuliakan dan mengagungkan Rasulullah SAW yang merupakan perkara yang pasti disyariatkan oleh agama. Menghidupkan malam kelahiran ataupun hari kelarihan Rasulullah SAW dengan berbagai amal kebajikan berupa membaca Al-Qur’an, membaca sejarah Rasulullah SAW, pujian terhadap Rasulullah SAW ataupun jamuan makanan sudah dilakukan oleh para salafussholih semenjak abad ke empat dan ke lima hijriah dan ini ditegaskan oleh para ulama seperti Imam Ibnu Al Jauzy, Imam Ibnu Al Katsir, Imam Ibnu dahiyyah Al Andalusy, Imam Ibnu Hajar Al Asqolany dan Imam As Suyuty semoga Allah SWT merahmati mereka semua.

Selain itu banyak pula para ulama yang mengarang kitab tentang anjuran memperingati maulid Rasulullah SAW diantaranya : kitab karangan Imam As Suyuty حسن المقصد في عمل المولد “ di dalam kitab ini beliau mejawab sebuah pertanyaan yang ditujukan kepada Beliau tentang Maulid Nabi SAW pada bulan Rabi’ul Awwal apakah hukumnya menurut syara’ ?. apakah terpuji atau tercela hal tersebut ?dan apakah diberikan pahala bagi orang yang memperbuatnya ?. Maka beliau menjawab : “Jawabannya menurutku adalah bahwa asal perbuatan Maulid yang berupa kumpulnya orang-orang dan membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan riwayat tentang permulaan sejarah Rasulullah SAW dan apa yang terjadi pada waktu lahirnya Beliau kemudian dihidangkan jamuan makanan dan setelah itu mereka kembali tidak lebih dari itu merupakan suatu Bid’ah Hasanah (perbutan baru yang baik) yang diberikan pahala bagi orang yang melakukannya karena didalamnya itu merupakan pengagungan dan pemuliaan bagi Rasulullah SAW dan menampakkan kegembiraan dan kebahagiaan dengan Kelahiran Beliau.

Imam As Suyuty juga menyangkal orang yang berkata “aku tidak tahu maulid ini memiliki asal dalam kitab atau sunnah bahwa ketidak tahuan itu bukan berarti tidak ada karena Imam Ibnu hajar Al Asqolany telah mengeluarkan sebuah dalil yang diambil dari hadits tentang asal peringatan Maulid ini, perlu diketahui pula bahwa hal yang baru dalam agama itu dua macam ada yang terpuji dan ada yang tercela. Setiap perkara yang tidak menyalahi kitab dan sunnah atau dengan kata lain memiliki asal dalam kitab dan sunnah maka dikatakan bid’ah Hasanah dan setiap yang menyalahi kitab dan sunnah atau dengan kata lain tidak memiliki asal dalam kitab dan sunnah adalah Bid’ah Mazmumah (jelek), pendapat ini dikemukakan oleh banyak ulama diantaranya adalah Imam As Syafi’i. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi. Imam As Suyuty berkata “ Peringatan maulid tidak menyalahi kitab dan sunnah, atsar, dan Ijmak oleh karena itu bukan merupakan perkara yang tercela sebagaimana yang diungkpkan oleh Imam As Syafi’i , peringatan ini merupakan hal yang baik yang tidak di lakukan pada masa yang awwal, dan memberikan jamuan itu merupakan kebajikan jadi hal ini merupakan hal yang baru yang dianjurkan (bid’ah mandubah) menurut ungkapan Sulthon Al Ulama ‘Iz bin Abdussalam”.

Adapun asal peringatan maulid sebagaimna dijelaskan oleh Imam Ibnu Hajar Al Asqolany adalah hadits yang diriwayatkan dalam sahihain bahwasanya Nabi SAW datang ke Madinah dan menemukan orang yahudi berpuasa pada hari ‘asyura maka Beliau bertanya tentang hal itu, mereka menjawab : “ini hari dimana Allah SWT menenggelamkan fir’aun dan menyelamatkan Nabi Musa maka kami berpuasa sebagai syukur kami kepada Allah SWT. Imam Ibnu Hajar berkata ;”Dari sini dapat diambil bahwa perbuatan syukur kepada Allah SWT atas apa yang telah dianugrahkan pada hari tertentu karena datangnya nikmat atau terhindar dari musibah dan berulangnya perbuatan itu pada hari tersebut setiap tahun dan rasa syukur dapat berupa macam-macam ibadah seperti sujud, puasa, sadaqoh dan membaca Al-Qur’an dan adakah nikmat yang lebih agung dari lahirnya Nabi ini Nabi Rahmat pada hari itu.

Imam As Suyuty menukil dari Imam Ibnu Al Jazary dalam kitabnya tentang maulid “عرف التعريف بالمولد الشريف” bahwasanya telah datang dalam hadits sohih yaitu Abu Lahab diringankan azabnya di neraka setiap hari Senin karena dia memerdekakan Tsuaibah ketika diberi kabar gembira tentang kelahiran Nabi SAW, maka jikalau Abu Lahab yang kafir diringankan di Neraka karena dia gembira pada malam kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana halnya orang muslim yang mengesakan Allah SWT dari ummat Nabi Muhammad SAW bergembira dengan kelahirannya dan mengelurkan apa yang dia mampu lakukan dalam kecintaanya terhadap Beliau ? Sudah pasti tiada balasan dari Allah SWT kecuali dia akan dimasukkan dengan kemulian-Nya surga yang penuh kenikmatan. Ungkapan ini pula dikatakan oleh Imam syamsuddin Ad Dimisqy dalam kitabnya yaitu

مورد الصادي في مولد الهادي

Imam Abu Syamah guru dari Imam An Nawawy berkata : Dan sebagian dari perkara baru yang baik yang dilaksanakan dimasa kita saat sekarang ini yakni perbuat an (rutinitas) setiap tahun berkenaan dengan hari dilahirkannya Nabi SAW berupa sadaqoh dan menampakkan rasa kegembiraan atas kelahiran beliau. maka hal tersebut merupakan perbutan ihsan untuk orang faqir dan pengagungan terhadap Beliau itu merupakan bentuk rasa cinta kepada Rasulullah SAW juga sebagai ungkapan syukur kepada Allah yang telah menganugrahkan kepada kita Nabi SAW dan mengutusnya sebagai rahmat bagi sekalian alam.

Imam Al ‘Iroqy berkata : membuat jamuan dan memberikan makan suatu hal yang dianjurkan setiap waktu maka bagaiman jika hal tersebut dibarengi dengan kegembiraan dan kebahagiaan dengan lahirnya Rasulullah SAW pada bulan yang mulia ini dan tidak berarti karena perbuatan ini sutu hal yang baru menjadikannya suatu yang makruh, berapa banyak hal yang baru yang dianjurkan bahkan kadang menjadi wajib”.

Bergembira atas rahmat dan kemuliaan Allah SWT diperintahkan dalam Al-Qur’an sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus ayat 58 “katakanlah wahi Muhmmad dengan kemulian Allah dan rahmat-Nya maka bergembiralah “ Imam As Suyuty dalam tafsirnya terhadap ayat ini menukil beberpa tafsir dari para ulama diantranya adalah apa yang diriwyatkan oleh Abu syaikh dinukil dari Ibnu Abbas RA beliau berkata kemulian Allah adalah ilmu dan rahmat-Nya adalah Muhammad. Bagaimana tidak Allah SWT berfirman dalam surat Al Ambiya’ ayat 107 “ Tiada kami utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian alam” dan Beliau bersabda akan dirinya :

انما انا رحمة مهداة

Artinya :sesungguhnya aku adalah rahmat yang dihadiahkan (HR Hakim juz 1 hal 100).

Allah SWT berfirman dalam surat hud ayat 120 “semua kami kisahkan kepada kamu dari cerita para rasul apa yang menguatkan hatimu” Nampak dari hal tersebut hikmah dari kisah-kisah para Nabi dan Rasul untuk menguatkan hati Rasulullah SAW dan sudah pasti kita sangat perlu untuk menguatkan hati kita dengan membaca kisah tersebut dan ini kisah para Nabi dan Rasul maka bagaimana dengan Kisah Penghulu para Nabi dan Rasul. Peringatan Maulid juga mendorong orang untuk banyak mengucap sholawat terhadap beliau sebagaimana diperintahkan dalam Al Qur’an.

Adapun Rasulullah SAW memulikan hari kelahirannya dan mensyukurinya dan beliau menuangkannya dengan berpuasa sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abu Qotadah RA bahwasanya Rasulullah SAW ditanya tentang puasa hari senin maka Beliau menjawab ;

فيه ولدت وفيه انزل علي

Padanya aku dilahirkan padanya diturunkan atasku (dibangkitkan menjadi rasul)”. (HR Muslim 2738).

Jawaban ini semakna dengan peringatan atau memperingati namun bentuknya berbeda entah itu dengan berpuasa, memberi makan, zikir berjamaah , mengucap sholawat dan membaca sejarah Rasulullah SAW .

Tentunya apa yang kami sebutkan diatas tentang peringtan Maulid adalah Maulid yang tidak ada kemungkaran didalamnya. Adapun yang diperbuat oleh sebagian orang dalam Merayakan Maulid dengan berbuat kemaksiatan tentu hal ini tidak benar, Imam Ibnu Hajar Al Asqolany berkata : “Maka seharusnya peringatan mauled sebatas apa yang dipahami sebagai rasa syukur kepada Allah SWT berupa membaca Al-Qur’an ataupun jamuan dan puji-pujian terhadapa Rasulullah SAW yang dapat menggerakkan hati untuk memperbuat kebaikkan dan amal akhirat, adapun yag mengikuti hal tersebut berupa nyayian atau permainan atau selainnya maka dapat dikatakan bahwa apabila hal tersebut suatu yang mubah sebatas ungkapan kegembiraan pada hari itu maka tidak mengapa dimasukkan dan adapun yang harom atau makruh demikian pula yang menyalahi suatu yang utama maka dilarang ”.

Hal tepenting dari semua itu bahwa : ”wujud cinta kepada Rasulullah SAW adalah mengikuti sunnah Rasulallah SAW”. Wallahu A’lam.